Pertempuran di era moderen ini dipicu perebutan energi. Panglima TNI Jendral TNI Gatot Nurmantyo mengatakan konflik Arab Spring atau Musim Semi Arab yang terjadi di Timur Tengah juga terjadi karena perebutan energi. Indonesia sebagai negara dengan Sumber Daya Alam (SDA) menggiurkan, juga berpotensi kembali menjadi korban konflik.
"Kalau dulu karena agama, sekarang konflik karena energi. Tujuh puluh persen konflik karena energi, padahal energi sudah mau habis," ujar Gatot Nurmantyo di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta Pusat.
Indonesia selain kaya akan sumber daya minyak dan gas, juga diberkahi dengan cuaca yang baik.
Jika energi fosil seperti minyak dan gas habis, maka alternatif berikutnya adalah bahan bakar terbarukan seperti dari tanaman yang bisa tumbuh di kawasan tropis seperti Indonesia. Konflik terkait energi yang dialami Indonesia sempat terjadi di Timor Timur.
Sebelum Timor Timur lepas dari Indonesia, pemerintah sempat menjalin kerjasama dengan pemerintah Australia untuk mengeksplorasi cadangan minyak dan gas di celah Timor.
Kerjasama itu urung dilanjutkan, karena Timor Timur lepas berpisah dengan Indonesia.
"Tim-tim merdeka dengan mudah, sehingga kita gembira tepuk tangan. Begitu Tim-tim merdeka yang pertama kali dilakukan adalah perjanjian tentang celah Timor," ujarnya.
Saat ini ancaman yang ada di depan mata adalah konflik Laut Cina Selatan yang melibatkan Tiongkok, Vietnam dan Filipina. Konflik itu antara lain berisi tentang perebutan kepualauan Spartly yang kaya akan cadangan minyak dan gas.
Jika Tiongkok sukses membangun pulau permanen di wilayah tersebut dan diakuai PBB, maka Natuna dan sebagaian Kalimantan akan masuk dalam Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) mereka.
Cara-cara untuk membubarkan NKRI antara lain dengan melemahkan bangsa Indonesia.
Hal itu dilakukan antara lain dengan narkoba, cara yang sama yang pernah sukses dilakukan Inggris terhadap Tiongkok di era perang Candu.
Cara lain untuk membubarkan NKRI adalah melalui kelompok teror. Dengan mengusung isu teror, maka pasukan dari berbagai negara bisa dengan mudah untuk masuk ke negara berdaulat, dan menguasai segala sumber dayanya. Hal itu sudah terbukti di Iraq dan di Suriah saat ini.
Indonesia berpotensi mengalami nasib serupa, seperti di Poso, Sulawesi Tengah yang lokasinya tidak jauh dari sarang Abu Sayyaf di Failipina Selatan.
Cara lain untuk membubarkan NKRI adalah dengan memicu konflik internal antar anak bangsa.
Rakyat dimanipulasi dengan informasi-informasi palsu, serta selalu dibuat gaduh oleh hal-hal yang tidak substantif dan menghabiskan energi.
Dalam pemaparannya itu Gatot Nurmantyo mengatakan bila NKRI bubar maka pembagiannya antara lain wilayah Papua, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sekitarnya akan diambil Amerika Serikat dan sekutunya Australia. Kemudian wilayah Jawa dan Sumatera akan diambil Tiongkok. Sementara wilayah Sulawesi dan Maluku akan diambil oleh kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
"Agitasi (hasutan) seperti ini sudah ada di tempat kita, ajak seluruh anak bangsa untuk bersatu, berjuang, bergotong royong agar NKRI tidak terpecah belah," katanya.
Sumber: Tribunnews
0 Response to "Strategi Pihak Asing Untuk Membubarkan NKRI Sudah Terbaca"
Posting Komentar