Wacana tentang penggunaan nama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) bagi TNI kembali disuarakan oleh pengamat militer Connie Rahakundini yang dianggapnya lebih berwibawa dan “garang” daripada nama TNI.
Dalam event diskusi bertajuk "Menyegarkan Kembali Komitmen Ideologi Pancasila sebagai Nilai Kejuangan di Lingkungan TNI" di Jakarta, Jumat (7/10) Connie yang berstatus sebagai pembicara mengungkapkan keinginannya tersebut.
“Nama TNI seolah-olah urusan dia hanya nasional. Lingkupnya kecil. Tapi kalau ABRI, yang dibawa adalah Republik Indonesia. Sama seperti kepolisian disebut Polri sehingga mereka bisa bekerja sama dengan negara mana pun dan terima dana dari mana-mana,” ujar Connie yang dilansir dari laman Beritasatu.
Dalam penjelasannya tersebut Connie menyoroti anggaran yang digunakan oleh TNI yang masih terbilang kecil dibandingkan Polri yang langsung dari Presiden. TNI yang dituntut memiliki kemampuan menangkal dan menghadapi bahaya ancaman bersenjata dari luar khususnya ekspansi China dan Amerika tentu membutuhkan anggaran tidak sedikit.
Sebuah negara akan disegani angkatan bersenjatanya ketika disuplai banyak anggaran, seperti halnya China yang terus berkembang hingga menjadi super power menyaingi Amerika. Dengan bertambahnya anggaran, TNI dapat memodernisasi Alutsistanya sehingga memiliki deterent effect yang tinggi.
“Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi negara kuat seperti Amerika Serikat dan China.” Katanya.
Lanjutnya lagi dengan minimnya anggaran yang diterima TNI sudah barang tentu akan mempengaruhi tingkat profesionalisme TNI saat menjalankan tugas pokoknya mengawal kedaulatan NKRI.
*zonasatu
0 Response to "TNI Kembali Menjadi ABRI?"
Posting Komentar