Situasi di Kota Marawi, Provinsi Lanao del Sur, Pulau Mindanao, Filipina, makin panas.
Baku tembak antara militer Filipina (AFP) dan militan Maute masih berlanjut hingga Jumat (9/6).
Hal inilah yang mendasarai seluruh aparat keamanan di perbatasan Kalimantan Utara (Kaltara) meningkatkan pengawasan di perbatasan agar warga maupun teroris asal Filipina tidak menjadikan Indonesia sebagai tempat pelarian.
Tiga belas prajurit terbaik Filipina tewas dalam pertempuran untuk merebut kota Marawi. Demikian dikatakan seorang juru bicara militer pada Sabtu, 10/6/2017.
Pukulan ini sebuah kemunduran dalam usaha pemerintah untuk merebut kembali kota di wilayah selatan Marawi dari petempur yang bersekutu dengan kelompok IS.
Ke-13 anggota marinir tewas dalam baku tembak pada Jumat saat mereka melakukan operasi untuk menyingkirkan posisi musuh, juru bicara militer Letnan Kolonel Jo-Ar Herrera mengatakan pada sebuah konferensi pers.
Kematian tersebut membuat jumlah anggota pasukan keamanan yang tewas bertambah menjadi 58, dengan 20 warga sipil dan lebih dari seratus petempur pemberontak juga tewas dalam peperangan di Marawi.
Kelompok Maute yang kurang dikenal, telah menjadi musuh militer yang hebat dengan kekuatan persenjataan yang superior dan kekuatan pasukan yang lebih besar.
Militer Filipina mengatakan bahwa tujuan dilancarkannya operasi adalah untuk mengakhiri pengepungan pada Senin 12 Juni mendatang, di hari yang bertepatan dengan peringatan kemerdekaan Filipina.
“Selama kita mempertahankan pertarungan, selama kita mampu hancurkan unsur-unsur kelompok teroris setempat, kita dapat lakukan itu,” kata Herrera.
TNI Siagakan 3000 Pasukan Untuk Hadang ISIS
Apel Kesiapsiagaan yang diikuti TNI, Polri dan unsur pendukung lainnya dilakukan untuk mengantisipasi masuknya kelompok pemberontak tersebut, di Dermaga Lantamal XIII Tarakan, Mamburungan sekitar pukul 09.00 Wita.
Komandan Lantamal XIII Tarakan, Laksamana Pertama TNI Ferial Fachroni mengatakan, seluruh pasukan yang ada di wilayah perbatasan dengan Filipina, diintruksikan langsung oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
“Kita sudah dapat penekanan langsung dari Panglima TNI Gatot Nurmantyo terkait hal ini, umumnya saat ini kita sudah siaga satu untuk mengantisipasi
masuknya kelompok pemberontak Maute,” bebernya kepada pewarta.
Pria yang memiliki bintang satu di pundaknya ini menuturkan, saat ini ada 3.000 personel yang terdiri dari TNI, Polri dan unsur pendukung lainnya yang disiapsiagakan di Kaltara.
“Saat ini sudah ada 4 KRI yang sedang melakukan pengawasan secara bergantian di wilayah perbatasan NKRI dalam Operasi Ambalat yang ikut turun langsung,” ungkapnya.
Selain itu Lantamal XIII Tarakan juga mengerahkan unsurnya yakni 7 tim Patroli Keamanan Laut (Patkamla) dan 2 Kapal Angkatan Laut (KAL).
Khusus udara pihaknya juga mengerahkan pesawat Cassa P 851 untuk lebih memperketat pengawasan perbatasan.
“Kemungkinan-kemungkinan masuknya kelompok ini masih ada, terutama memasuki pulau-pulau kecil yang ada di perbatasan, sehingga kita harus siap siaga lagi jangan sampai lengah. Hari ini juga saya akan ke Nunukan dan Sebatik untuk memantau pos-pos perbatasan yang ada di sana apakah sudah siapsiaga untuk mengantisipasi hal ini,” bebernya.
Terpisah, Komandan Lanud Tarakan, Kolonel Pnb Didik Kristyanto mengungkapkan bahwa saat ini sudah mengerahkan pesawat intai Boeing 737 dengan sandi Kilat Badik 17 untuk mengawasi wilayah perbatasan Kaltara.
“Untuk lebih mendukung pengawasan perbatasan, pada 16 Juni akan didatangkan satu flight yang terdiri 3 hingga 4 pesawat Sukhoi, satu unit helikopter tipe MI-16 juga disiagakan untuk mendukung dalam operasi bila ada pasukan untuk dikerahkan ke lokasi-lokasi yang sulit dijangkau, ” ungkapnya.
Pesawat Sukhoi ini nantinya akan berada di Lanud Tarakan selama seminggu untuk menjalankan operasi pengawasan perbatasan. Namun bisa saja pesawat Sukhoi ini disiagakan lebih lama di Tarakan bila ada intruksi dari pimpinan.
“Bila terdapat pelanggaran di udara perbatasan, sudah ada mekanismenya yakni mulai dari pengusiran dengan pesawat penindak hingga melakukan force down (turun paksa), bila ada perlawanan dari pesawat bisa dilakukan penembakan, namun orang berwenang memberikan intruksi tersebut hanya presiden,” ungkapnya.
Bila dalam melakukan pengawasan patroli udara, ditemukan unsur laut memasuki perairan Indonesia, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan Lantamal XIII Tarakan yang berwenang dalam hal penindakan di laut.
Untuk memperkuat koordinasi, dalam waktu dekat tepatnya pada 19 Juni, akan di launching Maritime Command Centre (MCC) yang di dalamnya ada 3 negara yang terlibat yakni Indonesia, Malaysia dan Filipina.
“Tujuannya tidak lain memperketat pengawasan di perbatasan mengingat permasalahan yang komplit terjadi di sana,” tuturnya, seperti diberitakan Radar Tarakan (Jawa Pos Group).
Sejauh ini dari pemantauan yang dilakukan di perbatasan, pihaknya belum menemukan indikasi adanya kelompok pemberontak Muate yang berusaha masuk ke perbatasan Indonesia.
“Alhamdulillah sejauh ini masih aman, kita berharap hal tersebut tidak terjadi,” pungkasnya.
Jpnn*Jawapos
0 Response to "Siaga Satu! 13 Prajurit Terbaik Filipina Tewas. 3000 Pasukan TNI Dan 4 KRI Siaga Diperbatasan"
Posting Komentar