Umat Islam memasuki Muslim Haji. Kloter demi kloter jemaah dari Indonesia telah tiba di Madinah.
Ada kisah menarik soal tentara yang naik haji. Karena ibukota genting, terpaksa pulang lebih cepat saat naik haji.
Kisah ini disampaikan Mayjen Purn Eddie M Nalapraya. Saat itu tahun 1980, Eddie berpangkat Brigjen dan menjabat sebagai Kepala Staf Garnisun Ibu Kota Jakarta.
Eddie sedang menuaikan ibadah haji di tanah suci. Tiba-tiba dia dikontak Konjen RI di Jeddah. Isinya perintah dari Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) Laksamana Sudomo agar Eddie segera pulang.
Demikian dikisahkan dalam buku Memoar Eddie M Nalapraya, Jenderal Tanpa Angkatan yang ditulis Ramadhan KH dan kawan-kawan. Buku ini diterbitkan Zigzag Creative tahun 2010.
Sebagai prajurit Eddie harus menuruti perintah. Dia segera berkemas dan kembali ke tanah air. Untung rangkaian ibadah haji sudah hampir selesai. Selama di pesawat Eddie berpikir apa yang terjadi di Tanah Air sehingga harus segera pulang ke Indonesia.
Maklum saat itu arus informasi belum seperti sekarang. Dulu masih mengandalkan radio, TV atau surat kabar dan selama Haji, Eddie sama sekali tak memantau berita dari tanah air.
Setelah pesawat mendarat di Halim Perdanakusuma, Eddie langsung menghadap Laksamana Sudomo. Dia langsung ditugasi merangkap jabatan Kepala Staf Kodam Jaya. Pertama kali terjadi jabatan Kepala Staf Garnisun dan Kepala Staf Kodam dirangkap.
Apa penyebabnya? Ternyata kondisi keamanan DKI sedang panas. Saat itu terjadi bentrok antara tentara dan mahasiswa. 19 Mahasiswa terluka, suasana ibu kota tegang.
Eddie dikenal sebagai tentara yang mengedepankan persuasif dan mampu merangkul semua kalangan. Walau jago bertempur, dia mampu bertindak humanis hingga menyelesaikan konflik tanpa kekerasan. Tenaganya dibutuhkan untuk mengatasi suasana tersebut.
Eddie turun ke lapangan. Dengan gayanya yang khas, masalah bisa selesai.
"Gunakan cara kekeluargaan, masalah ini bisa selesai tanpa dendam di kedua belah pihak," kata Eddie.
Beres satu, ada lagi masalah lain. Kala itu Pilot Garuda Indonesia mogok menuntut kesejahteraan. Lalu Lintas penerbangan pun lumpuh.
Eddie sempat didatangi Dirut Garuda. Dia meminta Eddie tangkap saja semua pilot yang mogok. Namun Eddie menolaknya, dia tak mau menggunakan cara-cara seperti itu.
Eddie datang ke Kemayoran tempat para pilot mogok. Saat itu Jakarta belum memiliki Soekarno-Hatta Airport di Cengkareng. Kemayoran di Jakarta Pusat adalah bandara utama.
Dia ajak para pilot berdialog dari hati ke hati. Tercapai kesepakatan hingga akhirnya secara sukarela para pilot mengakhiri aksi mogok itu.
Keesokan paginya Letjen Benny Moerdani mengecek langsung suasana Bandara Kemayoran. Dia puas melihat kegiatan penerbangan sudah berjalan seperti normal.
Sabil jalan ke mobilnya, Benny Moerdani berkata pada Eddie. "Ed, nanti kau jadi Panglima ya," kata Benny.
Rupanya prestasi Eddie langsung diapresiasi oleh atasannya itu. Dia direncanakan mendapat promosi untuk menjadi Panglima Kodam Iskandar Muda di Aceh.
Sebagai prajurit Eddie hanya menjawab "Siap, Pak!"
Namun uniknya justru karena prestasinya itu akhirnya Eddie tak menjadi Pangdam Iskandar Muda. Saat itu Panglima TNI Jenderal M Jusuf menilai kehadiran Eddie masih sangat dibutuhkan di Jakarta. Eddie pun batal bertolak ke Aceh.
Eddie kemudian diangkat menjadi Asisten Teritorial Panglima dan sempat menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 1984-1987. Sosoknya dikenal dekat dengan warga dan para ulama. [ian]
Berita dimuat di Merdeka.com [https://www.merdeka.com/khas/kisah-jenderal-tni-pas-naik-haji-dipanggil-pulang-karena-dki-genting.html]
Ada kisah menarik soal tentara yang naik haji. Karena ibukota genting, terpaksa pulang lebih cepat saat naik haji.
Kisah ini disampaikan Mayjen Purn Eddie M Nalapraya. Saat itu tahun 1980, Eddie berpangkat Brigjen dan menjabat sebagai Kepala Staf Garnisun Ibu Kota Jakarta.
Eddie sedang menuaikan ibadah haji di tanah suci. Tiba-tiba dia dikontak Konjen RI di Jeddah. Isinya perintah dari Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) Laksamana Sudomo agar Eddie segera pulang.
Demikian dikisahkan dalam buku Memoar Eddie M Nalapraya, Jenderal Tanpa Angkatan yang ditulis Ramadhan KH dan kawan-kawan. Buku ini diterbitkan Zigzag Creative tahun 2010.
Sebagai prajurit Eddie harus menuruti perintah. Dia segera berkemas dan kembali ke tanah air. Untung rangkaian ibadah haji sudah hampir selesai. Selama di pesawat Eddie berpikir apa yang terjadi di Tanah Air sehingga harus segera pulang ke Indonesia.
Maklum saat itu arus informasi belum seperti sekarang. Dulu masih mengandalkan radio, TV atau surat kabar dan selama Haji, Eddie sama sekali tak memantau berita dari tanah air.
Setelah pesawat mendarat di Halim Perdanakusuma, Eddie langsung menghadap Laksamana Sudomo. Dia langsung ditugasi merangkap jabatan Kepala Staf Kodam Jaya. Pertama kali terjadi jabatan Kepala Staf Garnisun dan Kepala Staf Kodam dirangkap.
Apa penyebabnya? Ternyata kondisi keamanan DKI sedang panas. Saat itu terjadi bentrok antara tentara dan mahasiswa. 19 Mahasiswa terluka, suasana ibu kota tegang.
Eddie dikenal sebagai tentara yang mengedepankan persuasif dan mampu merangkul semua kalangan. Walau jago bertempur, dia mampu bertindak humanis hingga menyelesaikan konflik tanpa kekerasan. Tenaganya dibutuhkan untuk mengatasi suasana tersebut.
Eddie turun ke lapangan. Dengan gayanya yang khas, masalah bisa selesai.
"Gunakan cara kekeluargaan, masalah ini bisa selesai tanpa dendam di kedua belah pihak," kata Eddie.
Beres satu, ada lagi masalah lain. Kala itu Pilot Garuda Indonesia mogok menuntut kesejahteraan. Lalu Lintas penerbangan pun lumpuh.
Eddie sempat didatangi Dirut Garuda. Dia meminta Eddie tangkap saja semua pilot yang mogok. Namun Eddie menolaknya, dia tak mau menggunakan cara-cara seperti itu.
Eddie datang ke Kemayoran tempat para pilot mogok. Saat itu Jakarta belum memiliki Soekarno-Hatta Airport di Cengkareng. Kemayoran di Jakarta Pusat adalah bandara utama.
Dia ajak para pilot berdialog dari hati ke hati. Tercapai kesepakatan hingga akhirnya secara sukarela para pilot mengakhiri aksi mogok itu.
Keesokan paginya Letjen Benny Moerdani mengecek langsung suasana Bandara Kemayoran. Dia puas melihat kegiatan penerbangan sudah berjalan seperti normal.
Sabil jalan ke mobilnya, Benny Moerdani berkata pada Eddie. "Ed, nanti kau jadi Panglima ya," kata Benny.
Rupanya prestasi Eddie langsung diapresiasi oleh atasannya itu. Dia direncanakan mendapat promosi untuk menjadi Panglima Kodam Iskandar Muda di Aceh.
Sebagai prajurit Eddie hanya menjawab "Siap, Pak!"
Namun uniknya justru karena prestasinya itu akhirnya Eddie tak menjadi Pangdam Iskandar Muda. Saat itu Panglima TNI Jenderal M Jusuf menilai kehadiran Eddie masih sangat dibutuhkan di Jakarta. Eddie pun batal bertolak ke Aceh.
Eddie kemudian diangkat menjadi Asisten Teritorial Panglima dan sempat menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 1984-1987. Sosoknya dikenal dekat dengan warga dan para ulama. [ian]
Berita dimuat di Merdeka.com [https://www.merdeka.com/khas/kisah-jenderal-tni-pas-naik-haji-dipanggil-pulang-karena-dki-genting.html]
0 Response to "Kisah Jenderal TNI Pas Naik Haji Dipanggil Pulang Karena DKI Genting"
Posting Komentar